Belajar Ilmu Syar'i dan Ilmu duniawi bersama Abuzahra

Ilmu Akhirat dan Dunia Haruslah Seimbang

Keburukan- Keburukan Demokrasi

1 Komentar


Oleh : Abu Zahra Kusnanto bin Kusnun bin Abdul Hamid

  1. Pendukungnya sedikit dan Penentangnya Banyak
  2. Semua rakyat disuruh memilih pemimpin termasuklah orang tua yang sudah uzur, orang buta, orang jahil, orang jahat,  perempuan dan orang-orang yang tidak tahu-menahu mengenai pemimpin dan kepemimpinan. Orang-orang seperti itu turut menentukan corak kepemimpinan negara. Saya yakin, di sebagian negara (yang tidak berpendidikan) 95% dari pemilih yang memilih itu tidak tahu-menahu tentang dasar pemerintahan partai yang didukungnya. Apakah keputusan mereka menjamin kebaikan dalam pemerintahan? Kalaulah satu partai itu menang hasil dukungan orang-orang jahil itu, apakah partai itu dapat berbangga? Padahal yang menentangnya adalah dari kalangan  cerdik pandai yang dapat menilai sekalipun jumlahnya minoritas.
  3. Hari ini bermacam-macam golongan manusia yang turut memilih. Golongan peniaga, petani, buruh, nelayan, cendekiawan, budayawan, seniman, artis, olah ragawan, pegawai-pegawai dan lain-lain yang datangnya  dari berbagai bangsa dan kaum minoritas. Masing-masing golongan mempunyai niat masing-masing. Mereka memilih satu partai bukan karena menyokong dasar partai itu. Tetapi karena marah pada partai lawan.
  4. “Orang baik, tidak pernah mencalonkan diri. Kenaikan mereka adalah karena ditonjolkan oleh orang lain melalui cara yang bersih”. Yaitu melalui ahlul halli wal ‘aqdi. Lagi pula mana boleh orang-orang baik yang menang kalau mayoritas rakyat yang memilih jahat-jahat belaka?
  5. Syarat-syarat untuk menjadi pemimpin cuma dinilai pada pandai berkampanye, pandai berbicara dan pandai membicarakan kejelekan orang lain saja. Sedangkan memimpin itu bukannya untuk berbicara atau mengejek orang saja. ( Definisi Pemimpin terlampir)
  6. Bila orang itu mencalonkan diri untuk menjadi pemimpin sementara rakyat belum yakin dengan kebolehannya, karena belum terbukti bahwa ia adalah pemimpin, maka ia mesti berlakon menjadi pemimpin. Ia akan mengangkat-angkat diri dan membuat janji-janji manis yang tidak ada jaminan untuk dilaksanakan. Ia juga mesti menghina pihak lawan yang menentang pencalonannya. Karena takut kalah, demi mendapatkan suara, kerja-kerja kampanye dan membeli suara terpaksa dilakukan. Perebutan sengit itu tidak mungkin selamat dari riya’, ujub, sombong, benci, dendam, marah, tipu, berpura-pura, hasad dengki, menyebut-nyebut janji muluk yang palsu dan mazmumah lain. Ia juga akan memfitnah, mencerca, mengejek dan lain-lain.Alangkah kotornya jalan itu. Alangkah bahaya dan jahatnya. Orang Barat pun mengakui dengan ungkapan Politic is a dirty game. Yang kalah akan merasa terhina dan yang menang membusung dada. Rasa sengketa tidak akan terkikis dari jiwa-jiwa mereka. Kepemimpinan seperti itu mustahil akan dapat mewujudkan perpaduan yang murni dan kerja sama yang baik. Sepanjang masa, pemimpin akan merasakan pimpinannya senantiasa ditentang dan kedudukannya terancam. Lalu dia akan senantiasa mencari jalan untuk mempertahankan kedudukan. Tugas kepemimpinan sudah menjadi barang yang diperebutkan untuk kepentingan pribadi dan duniawi semata-mata.
  7. Untuk mempertahankan kursi yang dibeli tadi, pemimpin juga sanggup membuat apa saja sekalipun menindas,  menipu, mengancam dan menghukum. Pihak lawan akan dianaktirikan dan pendukung terpaksa dijaga hatinya. Kehendak pendukung mesti ditunaikan sekalipun hati nurani tidak setuju. Artinya rakyat yang menentukan corak pemerintahan. Pemimpin ikut saja. Pemimpin dididik oleh rakyat. Maklumlah dia wakil rakyat dan bukan wakil ALLAH.
  8. Pemerintah yang naik melalui suatu partai politik pasti tidak selamat dari sentimen kepartaian. Yakni  akan mengutamakan orang-orang partainya dengan menganaktirikan rakyat yang lain, yang tidak separtai dengannya. Sudah tentu golongan-golongan lain tidak puas. Keadilan dan perpaduan sebenarnya tidak dapat ditegakkan selama-lamanya.Hal ini terbukti dalam pengalaman kita yang sudah sekian lama hidup dalam negara yang mengamalkan demokrasi Barat ini. Partai pemerintah belum terbukti dapat membuat semua atau mayoritas rakyat mengakui dan membantu dasar yang diperjuangkan. Sedangkan dalam pemerintahan Islam, orang bukan Islam pun terima dan bekerja sama menjayakan kemajuan.
  9. Biasanya pemimpin atau pemerintah yang ditunjuk oleh jari ini, mereka tidak dicintai dengan kasih murni dari hati. Kasih rakyat pada mereka kalaupun ada adalah karena kepentingan-kepentingan jabatan, gaji atau subsidi yang diharapkan. Ketaatan yang diberikan, hanya di depannya saja. Sedangkan di belakang mereka, rakyat menipu dan durhaka.Sebab itu pemimpin tersebut, kalau berbuat salah walaupun secara tidak sengaja mereka akan dicaci maki dan dijatuhkan. Rakyat mudah melupakannya apalagi kalau sudah tidak berkuasa. Baru saja pensiun, hidup mereka sudah  terbuang, tersisih dan terhina. Bila mereka mati langsung dilupakan orang. Maqamnya tidak diziarahi. Padahal pemimpin-pemimpin Islam, maqamnya diziarahi walaupun sudah beribu tahun. Kalau seperti itulah  demokrasi Barat, untuk apa lagi dipertahankan dan diperjuangkan? Kalau sudah nyata kotor, buruk dan jahat, mengapa diikuti? Tidakkah yang menerimanya itu artinya memiliki sifat yang sama juga?
  10. Satu lagi keburukan demokrasi adalah memungkinkan dilantiknya musuh untuk menjadi pemimpin. Yakni musuh melobi untuk menjadi calon. Karena pandainya berkampanye, dia menang untuk menjadi pemimpin kepada rakyat
  11. Di satu kawasan yang mayoritas orangnya jahat, maka wakil yang naik atas suara mayoritas itu pun biasanya orang jahat. Kalaupun orang baik menjadi calon di sana, pasti kalah.
  12. Bersambung… Insya Allah

Penulis: kusnanto_abuzahra

Perkenalkan nama saya Kusnanto yang lahir pada tanggal 7 September 1978 di Bogor, dikaruniai dua orang anak perempuan yang sangat lucu2, Insya Allah Adik baru akan menyusul...Amin.

1 thoughts on “Keburukan- Keburukan Demokrasi

  1. memilih Ideologi Islam or Ideologi demokrasi

Tinggalkan komentar