Oleh : Abu ‘Ubaidah Rustam
Manhaj (Metode –ed.) Dakwah Para Nabi
Telah dijelaskan pada edisi-edisi yang sebelumnya bahwa seyogyanya para da’i lebih memprioritaskan tauhid dalam dakwah mereka. Dan ini merupakan ciri dakwah ahlul haq di setiap zaman dan tempat. Karena mereka mengikuti pendahulu-pendahulu mereka dari kalangan para nabi dan rasul. Dan tidaklah Allah mengutus seorang rasul kepada suatu ummat di muka bumi ini kecuali dalam rangka mengajak manusia kepada tauhid (mengesakan Allah dalam seluruh bentuk peribadatan) serta memperingatkan manusia dari kesyirikan dan bahaya kesyirikan.
Allah Tabaraka wa Ta’Ala berfirman :
“Dan sungguh Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu”.
( An-Nahl 36)
Dan Allah Ta’ala juga brfirman :
“Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: “Bahwasanya tidak ada sesembahan (yang haq) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku”.( Al-Anbiya’ : 25)
Berkata Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullah : “Allah Ta’ala mengabarkan bahwa hujjah telah ditegakkan kepada seluruh ummat, dan tidak suatu ummat pun yang terdahulu dan yang belakangan kecuali Allah telah mengutus pada ummat tersebut seorang rasul. Maka seluruhnya sama berada di- atas dakwah yang satu dan agama yang satu. Yaitu ajakan untuk beribadah kepada Allah semata dan tidak ada sekutu bagi-Nya.” (lihat tafsir Al-Karimurrahman hal. 144 cet. Muassasah Ar-Risalah)
Dan beliau juga berkata : “Seluruh para rasul yang sebelummu (wahai Muhammad pent.) bersama dengan kitab-kitab mereka, inti dan pokok risalah mereka adalah perintah untuk beribadah kepada Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan penjelasan bahwa Ia (Allah) adalah Sesembahan yang berhak diibadahi dan bahwa peribadatan kepada selain-Nya adalah batil. (lihat Tafsir Al-Karimurrahman hal. 52 cet. Muassasah Ar-Risalah)
Maka ini adalah manhaj para nabi dan rasul ‘alaihimussholatuwassalam, yaitu berdakwah mengajak manusia untuk beribadah kepada Allah semata dan meninggalkan peribadatan kepada selain-Nya. Tujuan mereka adalah untuk membersihkan dan mensucikan bumi Allah ini dari segala macam noda dan kotoran kesyirikan bukan dalam rangka menggapai kursi kekuasaan. Itu (kekuasaan -ed.) hanya merupakan buah atau hasil yang diperoleh dari dakwah yang Allah anugerahkan kepada siapa yang Ia kehendaki. Demikian juga amalan-amalan soleh datang mengikuti hal tersebut. Sebab apa faedahnya engkau memperbaiki ummat dengan mengajak mereka untuk melakukan amalan-amalan soleh, mengajak mereka untuk shalat, berpuasa, infak, dan setumpuk amalan-amalan lainnya namun engkau membiarkan mereka bergelimang dalam kesyirikan, dan terkungkung dalam jerat-jerat kesyirikan dengan berbagai macam corak dan bentuknya yang berupa ketergantungan hati kepada selain Allah dari kalangan para wali (menurut anggapan mereka), bebatuan, pepohonan yang dikeramatkan, penghuni-penghuni lembah atau tempat tertentu dari kalangan jin dan meminta perlindungan kepada mereka, serta setumpuk bentuk kesyirikan yang lainya.
Maka ketahuilah wahai saudaraku yang mengaku sebagai da’i yang ingin memperbaiki ummat ! Apabila engkau tidak meniti jejak para nabi dan rasul dalam dakwah mereka, maka engkau di saat itu bagaikan mengobati suatu tubuh yang kepalanya telah terlepas darinya. Karena posisi tauhid di sisi agama ini bagaikan posisi kepala pada tubuh. Dan amalan-amalan kebaikan yang tidak dibangun di atas pondasi tauhid adalah sia-sia, sebab ia (tauhid –ed.) merupakan syarat diterimanya ibadah disisi Allah Ta’ala. Demikian juga harus mengikuti tuntunan Rasulullah Shallahu ‘alaihi wassalam
Bahaya- Bahaya Kesyirikan
Berikut ini adalah di antara bahaya-bahaya kesyirikan :
1. Kesyirikan merupakan kezhaliman yang sangat besar.
Allah Tabaraka Wa Ta’ala berfirman :
“Sesungguhnya kesyirikan benar-benar merupakan kezholiman yang sangat besar.” (Luqman : 13)
2. Kesyirikan bisa menggugurkan amalan seorang hamba. Allah Tabaraka Wa Ta’ala berfirman :
“Apabila engkau melakukan kesyirikan, maka benar-benar dan pasti amalanmu akan terhapus, dan engkau benar-benar akan menjadi orang-orang yang rugi.”(Az-Zumar:65)
3. Kesyirikan adalah dosa yang tidak akan diampuni oleh Allah Ta’ala apabila seseorang mati di atasnya dan belum bertaubat darinya.
Allah Tabaraka Wa Ta’ala berfirman :
“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik (mempersekutukan-Nya) dan Ia mengampuni yang lainnya kepada siapa yang Dia kehendaki”. (An-Nisa : 48)
Asy-Syaikh Al-Allamah Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullah mengatakan : “Allah Ta’ala mengabarkan bahwa Ia tidak mengampuni bagi orang yang mempersukutukan-Nya dengan sesuatu dari makhluk-makhluk-Nya, dan Ia mengampuni dosa-dosa selain kesyirikan apabila hikmah dan ampunan-Nya menghendaki hal tersebut. Maka dosa-dosa selain syirik, Allah telah menjadikan sebab-sebab terampuninya, seperti kebaika-kebaikan, musibah-musibah yang menghapuskan dosa-dosa di- dunia, alam barzakh (kubur), dan di hari kiamat. Dan seperti doanya sebagian orang-orang yang beriman atas sebagian yang lain dan syafaat orang-orang yang memberikan syafaat, dan yang lebih dari itu semua adalah rahmat Allah Ta’ala di mana orang-orang yang beriman dan bertauhid berhak mendapatkannya. Dan ini berbeda dengan kesyirikan. Maka orang yang melakukan kesyirikan telah menghalangi pintu-pintu ampunan dan rahmat atas dirinya dan ketaatan tidak memberikan manfaat kepada dirinya tanpa adanya tauhid dan musibah tidak berfaedah bagi dirinya sedikit pun. (lihat Tafsi Al-Karimurrahman hal. 181 cet. Muassasah Ar-Risalah)
4. Kesyirikan menyebabkan pelakunya kekal dalam neraka, diharamkan baginya Al-Jannah, dan tidak ada penolong yang bisa menyelamatkannya dari siksaan Allah atau meringankan sedikit saja dari siksaan-Nya.
Allah Tabaraka Wa Ta’ala berfirman :
“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolong pun.”(Maidah :72)
5. Kesyirikan adalah penyebab bencana dan mala petaka yang melanda ummat.
Allah Tabaraka Wa Ta’ala berfirman :
“Hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh, karena mereka menda’wakan Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak”.(Maryam : 90-91)
Maka tidaklah ummat-ummat terdahulu dihancurkan oleh Allah Tabaraka Wa Ta’ala kecuali penyebab terbesar darinya adalah pembangkangan terhadap utusan-utusan Allah ketika mereka diajak untuk mengesakan Allah serta meninggalkan sesembahan mereka dari selain-Nya. Maka ambillah pelajaran wahai orang orang yang berakal !!
Allah Tabaraka Wa Ta’ala berfirman :
“Dan berapakah banyaknya (penduduk) negeri yang mendurhakai perintah Tuhan mereka dan Rasul-rasul-Nya, maka Kami hisab penduduk negeri itu dengan hisab yang keras, dan Kami adzab mereka dengan adzab yang mengerikan. Maka mereka merasakan akibat yang buruk dari perbuatannya, dan adalah akibat perbuatan mereka adalah kerugian yang besar.”( Ath-Tholaq :8-9)
Berkata Al-’Allamah Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullah : ”Allah Ta’ala mengabarkan bahwa Ia membinasakan umat-umat yang membangkang dan generasi yang mendustakan (terhadap para Rasul pent.). Banyaknya jumlah dan kekuatan mereka tidak dapat memberikan manfaat kepada mereka sedikit pun ketika datang kepada mereka hisab yang keras dan siksaan yang mengerikan. Dan bahwa Allah merasakan kepada meraka sebagian adzab akibat dari amalan-amalan mereka yang jelek. Meskipun telah ada siksaan dunia, Allah menjanjikan siksaan yang keras di akhirat. (lihat Tafsir Karimirrahman , hal : 872)
Dan perhatikan pula bagaimana Allah Ta’ala menghancurkan Fir’aun dan bala tentaranya yang memiliki jumlah dan kekuatan yang sangat besar, namun kekuatan dan jumlah yang mereka miliki tidak dapat membendung datangnya siksaan Allah Ta’ala kepada mereka. Yaitu ketika Allah mengutus kedua utusan-Nya Musa dan saudaranya Harun ’alaihimassalam kepada Fir’aun dengan penuh kelembutan dan hikmah meraka untuk mengajaknya kembali kepada Allah. Allah Tabaraka Wa Ta’ala berfirman :
“Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas; maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut”. ( Thaha :43-44)
Akan tetapi Fir’aun tidak menerima dakwah keduanya yang penuh dengan kelembutan dan hikmah tersebut sehingga Nabi Musa membuktikan kebenaran kenabian dan kerasulannya berupa mu’jizat-mu’jizat yang besar dari Allah Tabaraka Wa Ta’ala, akan tetapi ia malah melampaui batas dan mendustakan serta mengatakan dengan keangkuhan dan kesombongannya bahwa dialah rabb yang tertinggi. Maka di saat itulah Allah membinasakannya beserta bala tentaranya disebabkan karena kezhalimannya. Dan Allah tidaklah zhalim terhadap hamba-hamba-Nya.
Allah Tabaraka Wa Ta’ala berfirman : ”
“Tetapi Fir’aun mendustakan dan mendurhakai. Kemudian dia berpaling seraya berusaha menantang (Musa). Maka dia mengumpulkan (pembesar-pembesarnya) lalu berseru memanggil kaumnya. (Seraya) berkata: “Akulah tuhanmu yang paling tinggi. Maka Allah mengadzabnya dengan adzab di akhirat dan adzab di dunia. “.( An-Nazi’at : 21-25)
Demikian pula Allah telah membinasakan ummat-ummat yang lain dari ummat-ummat yang terdahulu, tidak lain penyebabnya adalah pembangkangan terhadap para nabi dan rasul yang diutus kepada mereka. Sehingga kalau ummat-ummat terdahulu dihancurkan dan dibinasakan oleh Allah dengan sebab-sebab tersebut, maka demikian pula di zaman sekarang kalau Allah menghancurkan suatu kaum maka penyebabnya sama yaitu apa yang membuat umat terdahulu dibinasakan. Kehancuran yang terjadi berupa bencana dan malapetaka yang melanda di berbagai belahan negeri, termasuk negeri kita yang akhir-akhir ini rawan dengan bencana dan mala petaka. Hal itu disebabkan karena jauhnya penduduk negeri ini dari ajaran tauhid dan tersebarnya kesyirikan serta banyaknya penentang tauhid. Maka berhati-hatilah dari adzab Allah Subhanahu wa Ta’Ala.6. Kesyirikan merupakan penyebab kelemahan, rasa takut dalam dada-dada manusia, masyarakat, bangsa, dan negara.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
“Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan.” (Al- Jin : 6)
Demikian di antara bahaya-bahaya kesyirikan yang dapat kami sampaikan pada edisi ini, semoga Allah menjadikan kita termasuk orang-orang yang dibebaskan darinya dan mengumpulkan kita semua dalam surga-Nya, Amin.
Wallahu Ta’ala A’la wa A’lam.
Maroji’ (Daftar Pustaka)
1. Manhajul Ambiya’ fi Dakwati Ilallah, Syaikh Rabi’ bin Hadi Al-Madkholi
2. Syarah Masailul Jahiliyyah, Al-Allamah Asy-Syaikh Sholih bin Fauzan Al-Fauzan
3. Syarah Kasyfusysyubuhat, Syaikh Al-Allamah Asy-Syaikh Muhammad bin Sholih Al-Utsaimin.