Belajar Ilmu Syar'i dan Ilmu duniawi bersama Abuzahra

Ilmu Akhirat dan Dunia Haruslah Seimbang

PENYIMPANGAN – PENYIMPANGAN BUKU ABU SANGKAN

20 Komentar

Abu Sangkan Mengatakan Bahwa Al-Qur an Makhluk

Di dalam bukunya Berguru Kepada Alloh, Abu Sangkan berkata:

1) “Dengan ini saya katakan, bahwa Al-Qur an itu adalah sebuah pengalaman yang muncul dalam jiwa manusia, yang keluar dari jiwa yang baik maupun yang buruk, al-Qur an adalah fitrah manusia”. (Berguru 14)

2) “Al-Qur an hanyalah sebuah berita tentang firman yang ada dalam hati manusia”. (Berguru: 15)

3) “Al-Qur an adalah gambaran hati setiap manusia seutuhnya secara lengkap. Apabila kita memunculkan kejiwaan yang baik dalam diri kita, maka akhlak kita sama dengan Al-Qur an. Demikian juga potensi kejahatan yang ada dalam jiwa kita, apabila dihidupkan maka kejahatan itu akan sama dengan A-Qur’an”. (Berguru : 23)

4) “Karena Alloh sendiri yang memerintahkan membaca Al-Qur’an yang lebih nyata yaitu alam semesta dan apa yang ada pada diri kita sendiri”. (Berguru: 37)

5) “Al-Qur’an kita adalah alam semesta dan diri kita sendiri”. (Berguru: 37)
Para Ulama’ Ahlussunnah telah sepakat (ijma’) tentang kufurnya orang yang mengatakan Al-Qur’an adalah makhluk. Karena Al-Quran itu kalamulloh (sifat Alloh Subhanahu wa Ta’ala) diturunkan bukan makhluk, dari-Nya permulaannya dan kepada-Nya kembali, Alloh Subhanahu wa Ta’ala berbicara dengan Al-Qur’an, dengan taurot, dengan injil, dan lainnya. Bukan makhluk yang terpisah dengannya. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berbicara sesuai dengan kehendak-Nya, sesuai dengan kekuasaannya, dan pembicaraan Alloh Subhanahu wa Ta’ala ada pada dzat-Nya, bukan makhluk yang terpisah dari diri-Nya, disampaikan kepada jibril dan diturunkan kepada hati Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“dan jika seorang diantara orang – morang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar kalamulloh, kemudian antarkanlah ia ketempat yang aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui”. (QS. At-Taubah: 6)

“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat – ayatNya dan supaya mendapat pelajaran orang – orang yang mempunyai fikiran”. (QS. Shaad: 29)

“Atau kamu mempunyai rumah dari emas, atau kamu naik ke langit. Dan kami sekali – kali tidak mempercayai kenaikanmu itu hingga kamu turunkan atas Kami sebuah kitab yang Kami baca”. Katakanlah: “Maha Suci Tuhanku, bukankah aku ini hanya manusia yang menjadi rasul? Dan tidak ada sesuatu yang menghalangi manusia untuk beriman tatkala datang petunjuk kepadanya, kecuali perkataan mereka: Adakah Alloh mengutus seorang menjadi rosul? Katakanlah: “Kalau seandainya ada malaikat – malaikat yang berjalan – jalan sebagai penghuni di bumi, niscahya Kami turunkan dari langit kepada mereka seorang malaikat menjadi rosul”. (QS. Al-Isro’: 93-95)

Rosululloh Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

“Sekiranya ada seseorang yang membawa aku kepada kaumnya agar aku menyampaikan Kalam Robbku karena Quraisy telah menghalangi aku menyampaikan kalam Robbku”. (HR. Abu Dawud)

Telah berkata al-Imam Amir bin dinar Rahimahullah:

“Aku mendapati para ulama’ semenjak 70 tahun, semua mengatakan Alloh adalah Kholiq (pencipta) dan selain-Nya adalah makhluk kecuali Al-Qur’an. Sesungguhnya Al-Qur’an adalah kalamulloh bukan makhluk, dari-Nya permulaannya dan kepada-Nya kembali”(8)

Telah berkata al-Imam Abu Hanifah Rahimahullah:

”Sesungguhnya al-Qur’an adalah kalamulloh, dari-Nya permulaan, tanpa takyif (9), ucapan-Nya dan ditirukan kepada nabi-Nya berupa wahyu dan mukminin membenarkannya secara hakekat, dan mukminin menetapkan bahwa al-Quran itu adalah kalamulloh (sifat Alloh) secara hakekat bukan makhluk seperti ucapan manusia, barangsiapa yang telah mendengar dan masih mengatakan bahwa al-Qur’an adalah ucapan manusia maka dia telah kafir”.(10)

Telah berkata Imam Malik bin Anas Rahimahullah:

“Telah jelas dari para imam salaf tentang kufurnya orang yang mengatakan al-Qur’an adalah makhluk, maka dia harus disuruh bertoubat, jika tidak mau maka harus dibunuh”.

Telah berkata al-Imam Ahmad bin Hanbal Rahimahullah:

“Al-Qur’an adalah kalamulloh, barang siapa yang mengatakan al-Qur’an itu makhluk maka dia telah kafir”.

Adapun al-Imam asy-Syafi’i Rahimahullah telah didatangi oleh seseorang yang bernama Hafsh al-Fard, dia berkeyakinan bahwa al-Qur’an itu makhluk, maka al-Imam asy-Syafi’I berkata kepada Hafsh: “Engkau telah kafir”.

Dengan ini jelas bahwa perkataan Abu Sangkan dalam bukunya yang menyatakan bahwa al-Qur’an adalah makhluk merupakan kekafiran atas kesepakatan para kaum muslimin.

Telah berkata asy-Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah;

“Madzab Salaful Ummah dan para imam salaf dari kalangan para shohabat dan yang mengikuti para shohabat dengan baik, dan seluruh imam kaum muslimin seperti imam yang empat, sebagaimana yang ditunjukan dalam al-Kitab dan as-Sunnah dan telah mencocoki dalil akal yang sehat bahwa al-Qur’an itu kalamulloh yang diturunkan, bukan makhluk dari-Nya dimulai dan kepada-Nya kembali. Alloh berbicara dengan al-Qur’an, dengan Taurot, dengan Injil dan dengan lainnya, bukan makhluk yang terpisah dengan-Nya”.(11)

Sungguh perkataan Abu Sangkan ini adalah kekufuran dan celaan terhadap al-Qur’an yang sekaligus telah mencela Alloh Subhanahu wa Ta’ala.

Abu Sangkan Penganut Wihdatul wujud

Buku – buku Abu Sangkan dipenuhi oleh ajaran kufur terjelek, terburuk, kufur terbusuk dan kekufuran paling kufur di muka bumi ini yaitu keyakinan wihdatuwujud yang dalam bahasa jawa dikenal dengan sebutan manunggaling kawulo gusti.
Mulai dari cover depan sampai ke cover belakang isi buku Abu Sangkan adalah ajaran kufur ini, dan terlalu panjang kalau saya sebutkan semua perkataan Abu Sangkan tentang wihdatuilwujud ini tersebut dan saya hanya mengutip secukupnya saja:
.
1. Hal. 52 “Berguru Kepada Alloh” dia berkata:
“Tanah itu dipilih untuk megejawantahkan sifat dua tangan-Ku”.

2. Hal. 54, dia berkata:
“Alloh menyabut tentang Aku ini sebagai roh-Ku”.

3. Hal. 54, dia berkata:
“Yang timbul kesadaran dari yang mampu menembus alam malakut dan Uluhiyah, dimana manusia mampu mencapai puncak eksestensi sejati”.

4. Hal. 56, dia berkata:
“hakekat manusia adalah subtansi immaterial yang berdiri sendiri, bersifat ilahi”.

5. Hal. 57, dia berkata:
“Seluruh makhluk, apakah itu binatang, manusia, tumbuhan, serta bumi dan matahari semuanya bergerak dinamis atas sifat hidup Alloh”.

6. Hal. 60, dia berkata:
“Badanku adalah jagad raya. Kesadaran sudah berubah luas dan menjadi satu kesatuan dengan lingkungan kita. Kesadaran ini akan memudahkan mengidentifikasi siapa diri sebenarnya setelah tahu esensi badan ini yaitu kesadaran hakiki yang menggerakan dan alam semesta”.

7. Hal 61, dia berkata:
“Apabila zat-zat, tubuh manusia dan benda-benda di alam sudah dipahami sebanyak rangkaian kejadian-kejadian, serta menurut kemauan sunnatulloh, maka sebenarnya atom-atom atau zarroh bergerak bukan atas kemauannya sendiri, akan tetapi ada sosok yang bukan dirinya yang menyebabkan atom-atom itu bergerak mengikuti kekuatan-Nya. Dialah yang Maha Basar. Benda-benda kecil itu hanya patuh terhadap Yang Tidak Bisa Diperbandingkan Dengan Sesuatu. Wujud itu begitu absolute. Ternyata benda-benda ini tidak mati, akan tetapi ia bergerak dan dihidupkan oleh Sesuatu Kuasa Yang Maha Besar. Itulah Metakosmos yang hidup, yang perkasa, yang meliputi seluruh benda. Dialah Robbul ‘alamin”.

8. Hal 72, dia berkata:
”Dan karena manusia terikat erat dengan Alloh, pusat ini merupakan tempat di mana mereka bertemu Alloh”.

9. Hal 97, dia berkata:
“Manusia tidak bisa menentukan gerakan ilahi yang mengalir dalam tubuhnya, yaitu gerak hakiki”.

10. Hal 98, dia berkata:
“Kita akan memasuki dunia ketuhanan secara total”.

Apa Wihdatul Wujud Itu?

Wihdatul wujud adalah keyakinan bahwa Alloh Subhanahu wa Ta’ala itu menyatu pada makhluk dan makhluk menyatu pada Alloh Subhanahu wa Ta’ala, jadi semuanya satu. Alloh Subhanahu wa Ta’ala itu makhluk dan makhluk itu Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Sebenarnya wihdatul wujud ini hanya kata lain atau lafadz lain (sinonim) dari atheis, satu maksud dan satu makna, Cuma beda pengucapan saja, tapi intinya sama, bahwa wihdatul wujud adalah atheis yang disamarkan. Dan munculnya keyakinan wihdatul wujud ini juga dari orang-orang atheis yaitu orang-orang yang mengingkari adanya Tuhan Yang Mencipta dan Mengatur alam ini. Keyakinan ini lebih jelek dan lebih berbahaya dari dari ucapan Fir’aun laknatulloh. Mereka mengatakan bahwa alam ini ada dengan sendirinya yakni Alloh Subhanahu wa Ta’ala itu sendiri. Keyakinan wihdatul wujud ini adalah sampah-sampah kekafiran, muncul dari orang-orang yang sudah rusak akal dan fitrohnya. Keyakinan ini bukan baru tetapi sudah lama adanya.

Kita telah mengenal tokoh-tokoh wihdatul wujud yaitu para penganut sufi. Berikut saya nukilkan perkataan tokoh-tokoh sufi tentang wihdatul wujud agar pembaca bisa membandingkan dan menarik benang merah keyakinan Abu Sangkan dengan tokoh sufi terdahulu:

1) Telah berkata dedengkot sufi yang bernama Ibnul Faridl:
“Robb (Tuhan) ini mencakup dzat, sifat, nama dan perbuatan-Nya, baik dalam bentuk materi maupun gambaran pikiran. Maka dia adalah hewan, benda mati, manusia, jin, patung dan berhala. Tuhan adalah khayalan dan sangkaan. Sifat, nama, dan perbuatan-Nya sama dengan sifat, nama dan perbuatan hewan, benda mati, manusia, jin, patung, dan berhala, sebab semua itu adalah Dia”.

Dia juga berkata:
“Saya nampak dalam segala wujud bagi siapa yang memandangku.
Dalam segala yang dilihat saya memperlihatkannya dengan pandanganku.
Saya menyaksikan alam ghoibku, jika saya telah nampak maka engkau mandapatiku”.

Dia juga berkata:
“Tidaklah ruang angkasa melainkan dari cahaya dalam diriku.
Dengannya para malaikat memberi hidayah melalui kehendakku.
Tidaklah ada tetes hujan melainkan dari limpahan penampakanku…
Andaikan bukan karena aku maka tidak ada wujud serta tidak ada pemandangan dan tidak diikat perjanjian dan jaminanku.

Tidak ada yang hidup melainkan kehidupan-Nya dan kehidupanku, dan tunduk kepada keimananku semua jiwa yang berkemauan”.

2) Telah berkata thoghut terbesar di alam ini yaitu Ibnu Arobi semoga Alloh Subhanahu wa Ta’ala melaknatnya untuk selamanya:

“Tuhan itu memiliki 2 hal yang berlawanan(12) pada Dzat-Nya dan dua hakekat yang berlawanan pada sifat-Nya. Dia (Alloh) adalah wujud yang hakiki dan dia juga tidak ada(13), Dia adalah Kholik juga makhluk, Dia adalah segala yang ada beserta sifat-Nya, Dia adalah sifat segala yang ada dan tidak ada, Dialah yang haq, yang mulia, dan Dia pula yang batil lagi hina, Dia ide jenius dan Khurofat tolol, Dia adalah lintasan ilham, prasangka keliru, khayalan bingung dan kemustahilan yang tidak terbayangkan oleh akal sama sekali…”.

“Dia orang mukmin, orang kafir, ahli tauhid, musyrik dengan puncak keberhalaan benda mati yang kasar, hewan yang mempunyai indera tajam, malikat yang sujud dibawah ‘arsy, syetan yang berteriak di neraka saqor, ahli ibadah yang mengalir deras air matanya saat bertasbih, penjahat di tempat-tempat kefasikan dengan berbagi dosa-dosa”.

“Robb adalah pemandangan alam yang dapat kamu lihat. Pemandangan alam itu adalah lahiriyah hakekat, sebab Tuhan itulah yang tampak sedangkan Dia adalah batinnya sebab Dialah yang batin”.

Dia juga berkata:
“Hamba adalah Tuhan dan Tuhan adalah hamba.
Aduhai siapa yang akan dibebani,
jika aku katakan hamba maka ini benar atau aku katakana Tuhan.
Sesungguhnya akulah yang membebani”.

Dia juga berkata:
“Wujud kita adalah Alloh Subhanahu wa Ta’ala, kita membutuhkan Alloh Subhanahu wa Ta’ala dari sisi wujud kita dan Alloh Subhanahu wa Ta’ala membutuhkan kita dari sisi penampakan diri-Nya”.

3) Telah berkata tokoh sufi lainnya yaitu si zindiq al Jaili:
”Betapapun engkau melihat tambang bumi dan tanamannya, hewan, manusia dan semua perangainya. Betapapun engkau melihat lautan dan pulaunya, pohon atau bangunan tinggi pencakar langit, maka sesungguhnya sayalah semuanya itu. Semua adalah penampilanku. Sayalah yang nampak dalam hakekatnya, bukan Dia. Sesungguhnya sayalah robb manusia dan pemimpin seluruh makhluk. Nama dan Dzatkulah yang disebutkan”.(14)

4) Telah berkata tokoh sufi lainnya yaitu al-Ghozali:
“Orang-orang bijak setelah naik ke langit hakekat sepakat bahwa mereka tidak melihat dalam wujud ini selain Yang Maha Satu dan Yang Hakiki”.

5) Telah berkata tokoh sufi lainnya yaitu Sadr al-Qonawi:
“Manusia itulah al-Haq. Dialah dzat, sifat, arsy, kursi, lauh, qolam, malaikat, jin, semua langit, bintang-bintang, semua bumi dan yang ada di atasnya, alam akhirat, segala yang wujud dan kandungannya, al-Haq, makhluk, qodim dan hadits”.

Coba pembaca perhatikan baik-baik perkataan tokoh-tokoh sufi ini kemudian bandingkan dengan perkataan Abu Sangkan baik yang ada di dalam buku Pelatihan Sholat Khusyu’ atau dalam buku Berguru Kepada Alloh yang sebagiannya sudah saya kutip, maka isinya sama walaupun redaksinya berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa keyakinan Abu Sangkan sama dengan para tokoh sufi terdahulu karena memang keilmuan Abu Sangkan adalah ilmu tasawuf dan ilmu filsafat. Dan yang sangat menipu umat Islam adalah mereka para tokoh sufi itu mengaku sebagai waliyulloh yang derajatnya di atas para nabi, kemudian mereka menetapkan sendiri thoriqoh menuju Alloh Subhanahu wa Ta’ala tanpa harus mengikuti thoriqoh Rosululloh Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, mereka memiliki jalan sendiri yang tidak diketahui dan tidak ditempuh oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan pengikutnya. Mereka mengaku mendapat wahyu langsung dari Alloh Subhanahu wa Ta’ala tanpa harus mengambil ilmu dari Rosululloh Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Dalam hal ini telah berkata as-Syaikul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah:

“Barangsiapa beranggapan bahwa di antara para wali yang telah sampai padanya risalah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memiliki thoriqoh sendiri menuju Alloh Subhanahu wa Ta’ala dan tidak butuh kepada Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sungguh dia kafir mulhid”. (Majmu’: 11/126).

Beliau juga berkata:

Barangsiapa mengatakan: “Saya butuh Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam ilmu dhohir dan tidak butuh pada ilmu batin atau saya butuh Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam ilmu syari’ah bukan ilmu hakekat maka dia lebih jelek dari yahudi dan nashoro yang telah mengatakan: “Sesungguhnya Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah Rosul pada ummiyin bukan kepada ahli kitab” dan sesungguhnya mereka (yahudi dan nashoro) meng-imani (risalah) sebagian dan mengkufuri sebagian maka mereka itupun telah kafir”.

Sehingga keyakinan-keyakinan tokoh-tokoh sufi itu lebih kufur dari Yahudi dan Nashoro karena telah mengatakan Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam itu diutus hanya dengan ilmu dhohir tanpa ilmu batin, mereka tidak butuh dengan ilmu dhohir (Syari’ah) dan mereka memiliki ilmu batin sendiri(16).
Keyakinan wihdatul wujud ini bertentangan dengan keyakinan ahlussunnah wal jama’ah yang meyakini bahwa Alloh Subhanahu wa Ta’ala itu tinggi di atas makhlukNya terpisah dengan makhlukNya dan tidak butuh serta tidak bergantung dengan makhlukNya, Dzat Alloh Subhanahu wa Ta’ala tinggi di atas “ArsyNya sedangkan ilmuNya meliputi segala makhlukNya, dua hal yang tidak bisa disamakan dari segala sisi, Robb ya Robb, hamba ya hamba, tidak bisa difahami bahwa pada makhluk ada DzatNya dan pada Dzat Alloh Subhanahu wa Ta’ala ada makhlukNya, tetapi hal ini menjadi samar dan rancu bagi orang yang hilang akalnya karena gila, pingsan, tidur, atau tidak sadar karena obat, sebagaimana firmanNya:

“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Alloh yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia istawa di atas “Arsy, Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Alloh. Maha Suci Alloh, Tuhan semesta alam”. (QS. Al-A’rof:54)

“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Alloh yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia istawa di atas ‘Arsy untuk mengatur segala urusan. Tiada seorangpun yang akan memberi syafa’at kecuali sesudah ada izin-Nya. (Dzat) yang demikian Itulah Alloh, Tuhan kamu, maka sembahlah Dia. Maka apakah kamu tidak mengambil pelajaran?”. (QS. Yunus: 3)

“(yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah. Yang istawa di atas ‘Arsy”. (QS. Thoha: 5)

Alloh Subhanahu wa Ta’ala itu tinggi di atas makhluk-Nya berikut dalil-dalilnya:

1. Secara jelas dan terang bahwa Alloh Subhanahu wa Ta’ala itu di atas makhlukNya, Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Mereka takut kepada Tuhan mereka yang di atas mereka dan melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada mereka)”. (QS. An-Nahl:50)

2. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berkuasa di atas makhlukNya, firmanNya:

“Dan dialah yang berkuasa atas sekalian hamba-hamba-Nya. Dan Dialah yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui”. (QS. Al-An’am:18)

3. Naiknya Malaikat dan ruh kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala dan yang namanya naik itu ke atas bukan ke bawah atau kesamping, firmanNya:

“Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun”. (QS. Al-Ma’arij: 4)

4. Diangkatnya sebagaian makhlukNya kepadaNya dan yang namanya diangkat juga dari bawah ke atas bukan kebawah atau kesamping, firmanNya;

“Hai Isa, Sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku”. (QS. Ali Imron: 55)

5. Alloh Subhanahu wa Ta’ala Maha Tinggi diatas makhlukNya baik Dzat, kedudukan maupun kemulianNya, firmanNya:

“Dan Alloh Maha Tinggi lagi Maha Besar”. (QS. Al-Baqoroh: 255)
6. Penjelasan bahwa Alloh Subhanahu wa Ta’ala menurunkan al-Kitab itu dari atas kebawah bukan dari bawah keatas atau dari bawah kesamping, firmanNya:

“Kitab( al-Qur’an ini) diturunkan oleh Alloh Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (QS. Az-Zumar: 1)

7. Pengkhususan sebagian makhlukNya yang berada disisiNya, firmanNya:

“Dan kepunyaan-Nyalah segala yang di langit dan di bumi. Dan malaikat-malaikat yang di sisi-Nya”. (QS. Al-Anbiyaa’: 19)

8. Diangkatnya kedua tangan ketika berdo’a, dalam hadits disebutkan:

“Sesungguhnya Alloh malu terhadap hambaNya yang berdo’a dengan mengangkat kedua tangannya untuk menolaknya tidak mengabulkannya”. (HR. at-Tirmidzi)

9. TurunNya Alloh Subhanahu wa Ta’ala kelangit dunia tiap sepertiga malam terakhir, Rosululloh Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

“Robb kita turun ke langit dunia tiap malam yaitu pada sepertiga malam terakhir kemudian menyeru: “Barangsiapa yang berdo’a kepadaKu akan Ku kabulkan, Barangsiapa yang meminta kepada-Ku akan Aku beri, dan barangsiapa yang meminta ampun kepada-Ku maka akan Ku ampuni”. (Muttafaqun’alaih)

10. Rosululloh Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memberi isyarat dengan jari telunjuknya yang diarahkan keatas, dalam hadits disebutkan:

“Kalian akan ditanya (oleh Alloh) tentang aku maka apakah yang akan kalian katakan (pada Alloh)? Mereka menjawab: “Kami telah bersaksi bahwa sesungguhnya engkau telah menyampaikan, engkau telah menunaikan, dan engkau telah menasehati, kemudian beliau mengangkat tangannya yang mulia ke langit mengarahkan ke Yang Di Atas segala sesuatu sambil berkata: Ya Alloh persaksikanlah”. (Muttafaqun’alaih)

11. Fir’aun laknatulloh meyakini bahwa Alloh Subhanahu wa Ta’ala itu ada dilangit, dia berkata kepada pembantunya:

“Dan berkatalah Fir’aun: “Hai Haman, buatkanlah bagiku sebuah bangunan yang Tinggi supaya Aku sampai ke pintu-pintu (yaitu) pintu-pintu langit, supaya Aku dapat melihat Tuhan Musa dan Sesungguhnya Aku memandangnya seorang pendusta”. (QS. Al-Mu’min: 36-37)

Keyakinan Fir’aun ini tidak seperti keyakinannya Abu Sangkan dan pengikutnya yang mengatakan bahwa Alloh Subhanahu wa Ta’ala itu dimana-mana dan menyatu dengan makhluk, sebagai bukti bahwa keyakinan Abu Sangkan lebih jelek dari keyakinan Fir’aun.

12. Rosululloh Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bolak-balik antara Nabiyulloh Musa dengan Alloh Subhanahu wa Ta’ala pada peristiwa isro’ mi’roj ketika memohon keringanan sholat. (Muttfaqun’alaih)

13. Ahli surga ketika melihat Alloh disurga pada hari kiamat adalah melihat ke atas seperti ketika melihat bulan purnama.

14. Telah ditanyakan kepada al-Imam Abu Hanifah Rahimahullah tentang orang yang mengatakan: “Saya tidak tahu apakah Alloh Subhanahu wa Ta’ala itu di langit atau di bumi? Maka Beliau berkata: “Sungguh dia telah kafir karena Alloh Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman:

“Tuhan yang Maha Pemurah. Yang bersemayam di atas ‘Arsy”. (QS,Thoha: 5)

Dan ‘Arsy Alloh Subhanahu wa Ta’ala itu ada di atas langit ke tujuh”, kalau dia berkata bahwa Alloh itu di atas ‘Arsy tetapi saya tidak tahu apakah ‘arsy itu ada di langit atau di bumi? Beliau menjawab: “Sungguh dia telah kafir karena dia telah mengingkari bahwa ‘arsy itu di atas langit ke tujuh”.

Maka sangat jelas dan terang bagi orang yang hatinya masih bersih dari kerancuan-kerancuan bahwa Alloh Subhanahu wa Ta’ala itu istawa di atas Arsy-Nya, tinggi diatas makhlukNya dan turun kelangit dunia tiap sepertiga malam terakhir. Tetapi keyakinan yang terang dan jelas ini menjadi samar bagi hati-hati yang dipenuhi kerancuan-kerancuan sehingga mereka sebisa mungkin untuk memalingkan makna ayat di atas untuk disesuaikan dengan akal dan hawa nafsu mereka dan yang paling parah mereka adalah keyakinan orang-orang tasawuf, ahli kalam, dan ahli filsafat.

Dikutip dari Buku “Mengenal Lebih Dekat ABU SANGKAN & Buku-Bukunya (Sang Pencipta Ajaran Baru Pelatihan Shalat Khusyu’) Bab IV, hal.90-109 atas ijin Penulis (Al-Ustadz Abu Umamah Abdurrohim bin Abdulqohhar al-Atsary) dan Penerbit Daar Ibnu Utsaimin Lumajang untuk situs http://www.darussalaf.or.id

8. Fathu Robbil Bariyah…Hal.69
9. Takyif adalah meyakini bahwa sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala itu begini-begini dengan mensifati Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan sifat-sifat yang Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak mensifati diri dengan-Nya.
10. Majmu’ Fatawa Asy Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah 12/271
11. Majmu’ Fatawa Asy Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah 12/25
12. Sama dengan Abu Sangkan ketika menafsirkan arti al-Qur’an dan arti ilham, lihat buku Abu Sangkan Berguru Kepada Allah.
13. Ini sama dengan perkataan jahmiyah yang telah mengatakan bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala itu tidak mempunyai nama dan sifat.
14. Dari teks ini mungkin pembaca teringat dengan ucapan fir’aun laknatullah yang telah mengatakan aku adalah tuhanmu yang paling tinggi.
15. As-Syari’ah No.17/II /14246H/ 2005M hal 33.
16. Majmu’ Fatawa Asy Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah 11/26

Adapun penyimpangan – penyimpangan Abu Sangkan adalah seperti berikut:

Abu Sangkan Telah Mengada-ada Dalam Agama

Mengada – ada dalam agama Islam baik menambah atau mengurangi merupakan buah dari buruk sangka kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala serta merupakan bentuk penentangan dan pembangkangan kepada keputusan Alloh Subhanahu wa Ta’ala yang telah memutuskan bahwa agama Islam ini sudah sempurna, tidak butuh penambahan, pengurangan, dan perubahan. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridloi Islam menjadi agama bagimu”. (QS. Al-Maidah: 3)

Telah berkata al-Imam Malik Rahimahullah terhadap ayat ini:

“Barangsiapa mengada-ada dalam Islam dengan suatu bid’ah dan dia anggap bid’ah hasanah sungguh dia telah menuduh Rosululloh telah mengkhianati risalah, karena Alloh berfirman: “Pada hari ini telah Aku sempurnakan Islam sebagai agama untukmu” maka apa yang bukan agama pada hari itu bukan agama juga pada hari ini”.

Artinya: “Sesungguhnya perumpamaanku dengan para nabi sebelumku seperti seseorang yang membangun sebuah rumah, maka dia memperbagus dan mempercantik kecuali satu tempat bata di suatu sudut (yang belum terpasang) maka manusia mengelilingi rumah tersebut dan mereka terkagum dengan keindahan rumah tersebut dan mereka berkata: Sekiranya ada orang yang bisa memasang bata itu? Beliau bersabda: “Maka akulah bata itu dan aku adalah penutup para nabi”. (HR. Bukhori dan Muslim)

Artinya: “Barang siapa mengerjakan suatu amalan yang tidak ada padanya perintah kami maka amalan tersebut tertolak”. (HR. Muslim)

Artinya: “Sesunggunya sebaik – baik pembuicaraan adalah Kitabulloh dan sebaik – baik petunjuk adalah petunjuknya Muhammad, dan sejelek – jelek perkara adalah yang diada – adakan dalam agama adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat dan setiapa kesesatan di neraka”. (HR. Muslim)

Beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam juga bersabda:

“barangsiapa yang menyeru kepada petunjuk maka dia mendapat pahala sebanyak orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun dan barangsiapa yang mengajak kepada kesesatan maka dia mendapat dosa sebanyak orang yang mengikutuinya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun”. (HR. Muslim)

Beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam juga bersabda:

“Barangsiapa yang membuat suatu cara yaitu cara yang baik kemudian diikuti maka dia mendapat pahalanya dan mendapatkan pahala sebanyak orang yang mengikuti tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun, dan barangsiapa yang membuat suatu cara yang jelek kemudian diikuti maka dia mendapat dosanya dan dosa sebanyak orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun”. (HR. Tirmidzi)

Beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam juga bersabda:
“Barangsiapa membuat perkara baru dalam agama atau membela perbuatan baru yang diada – adakan maka baginya laknat Alloh dan para malaikat serta mendapat laknat seluruh manusia”. (HR. Bukhori dan Muslim)

Di Mana Perbuatan Abu Sangkan Yang Katanya Mengada – ada Dalam Agama?

1) Membuat ajaran pelatihan sholat khsyu’ amalan ini tidak pernah diamalkan oleh para ulama’, tidak pernah diamalkan oleh para imam ahlussunnah, tidak pernah diamalkan oleh tabi’ut tabi’in, tabi’in, para shohabat maupun Rosululloh Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sehingga ajaran pelatihan sholat khusyu’ ini benar – benar baru yang diada –adakan oleh Abu Sangkan dari Indonesia. Ajaran ini tidak kita dapatkan di Negara – negara lain.

2) Cara – cara sholat khusyu’ yang disampaikan oleh Abu Sangkan adalah cara – cara baru yang tidak ada di dalam kitab – kitab kaum muslimin sehingga ajaran sholat khusyu’ ala Abu Sangkan ini betul – betul versi Abu Sangkan. Abu Sangkan sendiri telah mengatakan dalam DVD-nya bahwa sholat khusyu’ yang dia ciptakan itu adalah produk baru versi Abu Sangkan. Dia berkata: “Sholat khusyu’ menurut paradigma kami” dia juga berkata: “Sholat khusyu’ menurut teori kami”.

Ajaran baru versi Abu Sangkan ini bisa kita baca di dalam buku – buku dia baik di dalam buku Pelatihan Sholat Khusyu’ ataupun di dalam buku Berguru Kepada Alloh. Hampir semua cara sholat yang dijelaskan oleh Abu Sangkan adalah cara baru atau tepatnya disebut Muhdats mulai dari cara wudlu’ sampai cara berdzikir ba’da sholat. Contoh yang sangat jelas:

1) Halaman 58-59 buku Pelatihan Sholat Khusyu’ karya Abu Sangkan cetakan ke 13, penerbit Yayasan Sholat Khusyu’, Abu Sangkan berkata:

“Cara memasuki sholat…….

a) Heningkan pikiran anda agar rileks. Usahakan tubuh anda tidak tegang. Tak perlu konsentrasikan pikiran sampai mengerutkan kening

b) Biarkan tubuh anda meluruh, agak lemaskan atau bersikap serileks mungkin

c) Kemudian rasakan getaran qolbu…..

d) Bangkitkan kesadaran diri…..

Dan seterusnya ada sembilan poin sampai halaman 59.

2) Pada halaman 64 ketika menjelaskan cara berwudlu’, Abu Sangkan berkata:
a) Mulailah dengan mengucapkan…Hubungkan jiwa anda kepada Alloh…

b) Cucilah kedua tangan Anda dengan air mutlak. Pastikan hati tetap bersambung dengan Alloh…dst

c) Hadirkan jiwa Anda kepada Alloh. Dan seterusnya sampai 8 poin.

3) Pada halaman 71-78, Abu Sangkan menjelaskan cara wudlu’ dengan cara meditasi.

4) Pada halaman 82-98, Abu Sangkan menjelaskan cara sholat dengan gaya meditasi.

5) Pada halaman 104-116, Abu Sangkan menjelaskan cara berdzikir dengan cara meditasi. Sedangkan di dalam buku Berguru Kepada Alloh hanyalah pengulangan saja tanpa ada perbedaan.

Setelah saya cek di dalam kitab-kitab fiqih karya para ulama’ ahlussunnah baik yang berupa matan maupun yang berbentuk syarah (penjelasan para ulama’), ternyata apa yang dijelaskan Abu Sangkan di dalam buku – bukunya hanyalah kutipan dengan beberapa perubahan dari Abu Sangkan yaitu Abu Sangkan menukil cara – cara meditasi yang baik meditasi diam atau meditasi gerak seperti taichi, kemudian dimasukan ke dalam cara – cara berwudlu’, cara – cara sholat, dan cara – cara berdzikir. Supaya lebih samar Abu Sangkan menutupi perbuatannya ini dengan mencarikan dalil – dalil berupa ayat maupun hadist. Padahal dalil yang dia bawa itu bukan dalilnya-.

Majelis Ulama’ Indonesia (MUI) telah mengeluarkan 10 kriteria aliran sesat dan perbuatan Abu Sangkan ini termasuk kriteria no. 9 yaitu: Merubah, Menambah, Dan Atau Mengurai Pokok – Pokok Ibadah Yang Telah Ditetapkan Oleh Syari’ah.

Abu Sangkan Penganut Sinkretisme

Hal ini sangat jelas dari perbuatan dia yang telah menciptakan sholat khusyu’ dengan caranya sendiri dengan cara memadukan ajaran agama lain ke agama Islam yaitu ajaran agama Hindu Budha dijadikan kaifiyah, sifat atau cara sholat yakni ajaran meditasi atau semedi atau bertapa yang merupakan ajaran pokoknya orang Hindu Budha.

Sinkretisme adalah pembenaran dan pemaduan semua agama. Ajaran Abu Sangkan ini sarat dengan faham sinkretisme atau pluralisme. Contoh:

1) Pada buku Berguru Kepada Alloh hal. 35: Abu Sangkan berkata:

“Barang siapa yang menjaga lingkungannya dan melestarikannya maka ia telah berislam, barang siapa menjaga amanah janji dalam berbisnis serta menuliskannya maka ia telah berislam, barangsiapa meneliti tumbuh – tumbuhan, meneliti benda langit dan kandungan di dalam bumi kemudian ia menemukan manfaatnya maka ia telah berislam dan mendapatkan ganjaran yang bermanfaat dalam hidupnya. Sebaliknya barangsiapa menghancurkan alam dan menganiaya dirinya dengan tidak menjalankan sunnatulloh maka ia tidak berislam. Sehingga tidak jarang Negara-negara yang mayoritas beragama islam tidak mendapatkan Rohmat dari Alloh bahkan terhinakan dan dijajah orang kafir yang telah memanfaatkan Rohmat dari Alloh. Dari fakta-fakta yang telah kita ketahui, siapakah sebenarnya yang telah kita ketahui, siapakah sebenarnya yang telah berislam?”.

Bagi Ahlussunnah wal Jama’ah perkataan Abu Sangkan ini adalah kekufuran karena bertentangan dengan prinsip ahlussunnah yang telah meyakini bahwa agama-agama selain Islam adalah kafir karena Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan dan telah Ku-ridhai Islam itu agama bagimu”. (QS. Al-Maidah: 3)

“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali – kali tidaklah akan diterima (agama itu) dari padanya, dan Dia di akhirat termasuk orang – orang yang rugi”. (QS. Ali-Imron: 85)

“Demi jiwa Muhammad yang berada di tanganNya tidaklah mendengar tentang aku seorangpun dari ummat ini apakah itu Yahudi atau Nasrani kemudian mati belum beriman dengan yang aku utus kecuali menjadi penghuni neraka”. (HR. Muslim)

Orang Yahudi, Nasrani, Hindu, Budha walaupun telah menjaga lingkungan atau melestarikan-nya dia adalah orang kafir selama belum masuk ke dalam agama Islam dengan mengucap dua kalimat syahadat dan melaksanakan syari’at Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Kalau tidak, maka dia tetap kafir yang terancam kekal di neraka sebagaimana firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala:

“Sesungguhnya orang – orang kafir yakni ahli kitab (Yahudi dan nasrani) dan orang – orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk”. (QS. Al-Bayyinah: 6)

Berdasarkan prinsip ini, barangsiapa yang tidak mengkafirkan orang kafir maka dia telah kafir dan murtad keluar dari Islam.

2) Pada halaman 87, Abu Sangkan berkata:

“Oleh karena itu jangan salahkan orang-orang kafir kalau setelah mereka bersungguh-sungguh meneliti dan mendata apa yang mereka baca dari kejadian alam lalu mendapatkan ganjaran atas manfaat membaca ayat kauniyah”.

Ini juga sinkretisme karena secanggih apapun hasil karya dan teknologi orang kafir, mereka tetap kafir, tidak ada manfaat bagi mereka sendiri, harta, dan keluarganya terutama nanti ketika menghadap Alloh walaupun ada manfaat nisbi di dunia. Karena mereka tidak beriman dan belum masuk agama Islam, dan semua perbuatan baiknya tidak mendapat pahala (ganjaran).

3) Pada halaman 174, Abu Sangkan berkata:

“Jepang, Singapura, Perancis adalah kodrat Negara Islami sebab disanalah dasar-dasar filsafat Islam tertanam menjadi budaya yang tertinggi seperti kedisiplinan, ketekunan, kesadaran hukum dan lingkungan”.

Perkataan Abu Sangkan ini membuktikan bahwa Abu Sangkan adalah penganut ajaran kufur yaitu ajaran sinkretisme yang para ulama’ telah sepakat tentang kufurnya ajaran ini berdasarkan dalil-dalil di atas yaitu kafirnya penganut agama selain Islam.

Diantara tokoh ajaran sinkretisme di Indonesia ajaran ini digencarkan Prof. Dr. Nurcholis Madjid, Prof. Dr. Harun Nasution, Budy Munawar Rochman dari Yayasan Paramadina, Jakarta, Muhammad Ali dosen IAIN Syarif Hidayatulloh Jakarta, Said Aqil dari PBNU, Jakarta dan seluruh tokoh-tokoh JIL (Jaringan Islam Liberal)1.

Dan masih banyak contoh-contoh ajaran sinkretisme dalam buku Abu Sangkan. MUI telah mengeluarkan fatwa sesatnya faham pluralisme ini dengan no. 7 / MUNAS VII / 10 /2005.

Dikutip dari Buku “Mengenal Lebih Dekat ABU SANGKAN & Buku-Bukunya (Sang Pencipta Ajaran Baru Pelatihan Shalat Khusyu’) Bab IV, hal.74-89 atas ijin Penulis (Al-Ustadz Abu Umamah Abdurrohim bin Abdulqohhar al-Atsary) dan Penerbit Daar Ibnu Utsaimin Lumajang untuk situs http://www.darussalaf.or.id

1. As-Syari’ah Vol.01/No.10/ 1425 H/ 2004

Penulis: kusnanto_abuzahra

Perkenalkan nama saya Kusnanto yang lahir pada tanggal 7 September 1978 di Bogor, dikaruniai dua orang anak perempuan yang sangat lucu2, Insya Allah Adik baru akan menyusul...Amin.

20 thoughts on “PENYIMPANGAN – PENYIMPANGAN BUKU ABU SANGKAN

  1. Assalamualaikum Wr. Wb

    Sebelum anda mengutip artikel seperti ini alangkah baiknya anda juga melakukan konfirmasi dengan Abu Sangkan minimal berkunjung ke websitenya dan berdiskusi mengenai tulisan2nya, sehingga tidak seenaknya mengadili seperti kyk gini

    Wassalam

  2. Assalamualaikum,

    Ilmu ALLAH itu luas…kita mungkin tau satu hal tapi miss di satu hal yang lain. Hanya ALLAH yang berhak menilai hambanya, karena hanya DIA yang maha tahu…kita sama2 makhluk, sama2 bodoh, sama2 punya banyak keterbatasan, kenapa harus menilai kafir seseorang …?? Bukankah dengan menilai spt ini sudah ada bibit kesombongan dalam diri ??

    Serahkan semua kepada ALLAH, dia yang maha tahu…kalau mereka salah mereka yg tanggung akibatnya…masalah umat ?? Masyarakat kita cukup tau dan bisa menilai sendiri….

    Selagi hati nurani bersih tanpa ada tendensi selain niat mendekatkan diri kepada ALLAH kenapa kita harus takut sesat ?? Pasti ALLAH bimbing….pasti ALLAH sendiri yang bimbing dengan cara Nya, walaupun kita miskin dan bodoh dengan dalil2 yang ada ….apalagi saya tidak cukup pinter untuk menguasai dalil2 yang ada …

    Wallahu’alam …

  3. Upsss, tambahan.

    Masalah sinkretisme…. sekali lagi, biar ajalah ALLAH yang menilainya…kita cukup yakin sama agama yg kita anut dan berusaha menjalankannya dengan baik dan benar dan menggunakannya sebagai alat yang bisa mendekatkan diri kepada ALLAH, tegasnya lagi : menggunakan agama yang kita anut untuk mendekatkan diri kepada NYA, karena tujuan nya adalah ALLAH, bukan agama itu sendiri…

    Jadi, bagi saya tidak perlu menilai agama lain, menilai kafir dll…..biar sang AL Malik yang menilai…

  4. Heheh..tambahan satu lagi.

    Tujuan saya menulis ini adalah karena kesedihan saya melihat seseorang yang mudah sekali menilai orang itu kafir, salah, sesat …….padahal kita belum mengkaji dengan benar, belum masuk kelingkungan mereka, belum tau apa yang sebenarnya….. boro2 tau apa yang dihati penganut nya…

    Wallahua’alam….

  5. @Achmad: Agama ISLAM ini mempunyai landasan Dalil yakni Al-Quran dan Hadist(As-Sunnah) yakni apa kata Alloh dan apa kata Rosululloh bukan apa kata ABU SANGKAN dgn ajaran2 Tasawuf/Sufiesmenya itu firman Allah SWT dalam Kitab-Nya: “Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia, dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah; dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya.” (Al-Hasyr: 7). “…Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa adzab yang pedih.” (An-Nur:63).
    saran ana antum banyak2 ikut kajian ilmu bukan kajia2n SUFI.ingat ISLAM tidak mengenal paham SUFI..

  6. mas mbok ya o di tambahi jawaban abu sangkan jadi pembaca bisa memilih mana yang betul mana yang salah ,, kalo cuma baca dari salah satu nanti jadi berat sebelah…

  7. ini saya copy dari facebook ustad Abu Sangkan

    Berikut ini perkenankan saya sampaikan Jawaban Ust Abu Sangkan yang saya salin sewaktu Beliau ada di Jember pada Bulan Juni 2009, Jawa Timur :

    Assalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuh

    Asyhadu an laa ilaha illa Allah wa asy hadu anna Muhammadarrasulullah
    Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa ‘ala ali Muhammad

    Dewasa ini saya sering tidak menangapi ulasan-ulasan saudara sesama muslim mengenai mengenai ajaran shalat khusyu’ dan karya-karya saya berupa buku-buku yang saya tulis. Terkadang terasa tidak adil dan tidak bijak didalam mengulas karya-karya buku saya yang dibutuhkan seorang pemikir yang baik.

    Namun saya berbesar hati didalam menanggapi hal ini, asalkan tidak menjadi sebuah permusuhan yang mengarah kepada perpecahan. Persoalan ini karena perbedaan persepsi dan pemahaman saja . saya memaklumi karena latar belakang ilmu dan pengalaman, serta kedewasan sebagai orang Islam. Saya sangat senang dan terbuka dengan adanya bantahan dan tanggapan, terlebih kalau forum diskusi diselengarakan didepan publik. Karena mereka akan mendapatkan informasi yang lebih lengkap dan jelas dari sebuah pemaparan. Karena bahasa tulisan terkadang kurang mewakili dari maksud yang dikandung.

    Namun demikian saya tetap akan memberikan tanggapan ringan saja, buat pembaca buku-buku saya. Terutama kepada saudara Abu Umamah,yang dengan semangat mengecam dan menganggap sesat karya-karya saya. Saya hanya mengharap kepada Abu Umamah, tetap teguh berjuang menegakkan keadilan. Saya salut terhadap beliau,karena semangat memurnikan ajaran Islam dengan gigih, namun terkadang kurang pandai mengemas dengan akhlak yang baik.

    Saya sangat faham mazhab yang dianut Abu Umamah yang menyebutnya dirinya sebagai Ahli Sunnah Waljama’ah atau seorang salafi. Karena saya juga pernah belajar hal serupa. Sehingga saya bisa mengerti kemana arah pemikiran dan manhajnya. Pertentangan ini bukan hal yang baru bagi saya dan ummat islam selama berabad-abad. Ini hanya berganti generasi saja. missinya cukup simple, yaitu memberantas TBC, yaitu tahayyul,Bid’ah dan churafat (baca:khurafat).

    Pertentangan ini bukan hal yang baru terjadi didunia Islam. Sejarah telah mencatat munculnya pertentangan yang terjadi di Indonesia seperti kaum Nahdhiyyin (KH Hasyim Asy ‘ari) dan kelompok muhammadiyah (KH. Ahmad Dahlan) maupun dari Persis (A. Hasan). Persoalan yang dianggap bid’ah seperti qunnut, yasinan,tahlilan, baca barzanji,baca shalawat nabi dan lain sebagainya, adalah topik utama mereka. Namun perkembangan sekarang ketiga kelompok tersebut sudah terlihat saling menghormati setelah informasi semakin cangggih.

    Saya masih ingat waktu kecil, kaum Muhammadiyyah membid’ahkan kaum nahdhiyyin (NU) shalat tarawih 23 rakaat, sedangkan kaum Muhammadiyyah 11 rakaat. Namun sekarang sudah tidak menjadi masalah, karena di Saudi Arabiyyah melakukan 23 rakaat. Demikian juga persoalan adzan Jum’at yang dilakukan oleh Nahdhiyyin dua kali adzan sedangkan kaum Muhammadiyyah satu kali adzan. Ternyata di Saudi Arabiyyah melakukan dua kali adzan. Padahal nabi melakukan shalat tarawih dimasjid hanya 3 hari, selebihnya dilakukan dirumah.

    Dan yang uniknya lagi, imam Masjidil Haram membaca qunnut didalam akhir Ramadhan namun diselipkan doa-doa yang tidak berasal dari nabi, terbukti ia menyebutkan kata-kata Allahumma dammir Amrika, Israil. Padahal didalam ibadah tidak boleh menambah-nambah ibadah yang tidak diajarkan oleh Nabi.
    Demikian juga doa’doa dalam tawaf, tenyata banyak yang dibuat oleh para ulama’, padahal tawaf adalah peribadatan yang ditetapkan sunnahnya. Dan orang-orang Saudi menggunakan alat dzikirnya meniru orang-orang Budha dan Katolik (rosario), yaitu biji tasbih made in China.

    Dan mengenai penyusunan mushaf Al qur’an, awalnya para sahabat mengalami perdebatan keras,terutama Zaid sekretaris Nabi. Karena Nabi tidak memerintahkan membukukan Alqur’an yang berserakan dan tertulis di pelepah korma,kulit kambing dan lain sebagainya.

    Tuduhan-Tuduhan Abu Umamah

    Saya sangat mengenal konsep pemikiran Abu Umamah dalam melancarkan setiap tuduhan-tuduhan yang berbeda dengan dia. Saya kira dia hanya kurang faham mengenai pemaparan buku-buku saya. Karena memang harus memilki ilmu pendukung untuk mampu memahami karya saya.

    Didalam memahami tanggapan tulisan-tulisan saya, harus siap membuka hati dan pikiran. Dibutuhkan kejujuran dan kebersihan hati, bukan dilandasi karena emosi dan kebencian. Watawa saubil haq watawa saubish shabri …..

    Walaupun saya belajar ilmu tasawuf, tapi saya bukanlah orang tasawuf. walaupun saya belajar ilmu salafi, tetapi saya bukanlah orang salafi. Walaupun saya belajar ilmu filsafat, tetapi saya juga bukan orang filsafat. Walaupun saya belajar ilmu meditasi tetapi saya menolak meditasi. Saya hanyalah orang biasa yang menjalankan shalat lima waktu, bersyahadat,berzakat, berpuasa di bulan Ramadhan dan menunaikan ibadah Haji ke baitullah. Bagi saya ini sudah cukup tidak keluar dari ajaran Islam. Adapun kekurangan didalam menjalankan syariat, saya berusaha semaksimal mungkin untuk memenuhinya. Sehingga tidak ada kata berhenti untuk belajar. Termasuk mempelajari cara berfikir Abu Umamah, tapi saya tidak akan seperti Abu Umamah.

    Abu Umamah menuduh saya sebagai pencipta ajaran shalat.

    Hal ini jauh dari kenyataan. Seharusnya saya sudah diusir dari masjid-masjid besar kalau benar-benar saya menyimpang. Padahal saya mengadakan pelatihan shalat di adakakan di halayak ramai, bukan ditempat yang tersembunyi. Bahkan saya sudah memberikan pemaparan shalat khusyu’ dihadapan MUI Banjarmasin, singapura, Hongkong, Jepang, Malaysia, Australia, dan seluruh Indonesia.. Dan alhamdulillah mereka setuju dengan konsep pengajaran yang dilandasi syariat yang kuat. Karena Abu Sangkan tidak merubah shalat yang sudah menjadi hukum mahdhah , justru saya mengajak untuk mengahayati setiap gerakan dan bacaan dalam shalat. Seperti meluruskan punggung ketika ruku’, berdiri tuma’ninah, sujud sempurna. Seluruh methode saya ambil dari cara Rasulullah mengajarkan shalat kepada para sahabat . Pada waktu itu Nabi selalu menegur langsung ketika sujudnya terlalu cepat seperti burung mematuk makanan. Semuanya saya latih diluar shalat, sebagaimana umumnya orang memilki methode membaca Al qur’an.

    Mungkin, Abu Umamah terganggu dengan istilah “meditasi”, sehingga ia mengira saya memasukkan unsur meditasi dalam shalat. Padahal istilah meditasi itu bukan ajaran agama Hindu. Kata meditasi itu sendiri berasal dari bahasa Inggris bukan bahasa India, yang berarti berdoa (praying), atau menenangkan pikiran. Sedangkan kata atau istilah “berdo’a, beribadah,beriman dan lain sebagainya, telah menjadi dan digunakan oleh agama-agama lain di Indonesia. Hal ini tidak bisa dipungkiri kenyataannya.

    Dari sisi marketing, buku shalat khusyu diminati orang-orang yang belum shalat, karena ada kata meditasi.Sebagaimana ulama di Jawa masa wali songo, kata shalat diganti sembahyang, untuk menarik minat agar orang-orang Hindu ikut sembahyang (shalat) di masjid. Dan dihalaman masjdi dibuat pintu masuk berupa gapura berasala dari kata “pura” (tempat sembahyang orang Hindu). Namun maknanya diganti menjadi ghafura dari bahasa arab, yang berarti pengampunan (jawa: ngapura). Dan lihatlah bangunan masjid di Demak dan masjid-masid di jawa terlihat kental dengan unsur arsitektur Hindunya.

    Kata “meditasi” sama dengan kata “spiritual” yang sering dugunakan orang-orang Islam. Karena bahasa tidak bisa diklaim oleh salah satu agama saja. Sama halnya ketika anda melihat bangunan gedung pemerintahan di Kremlin yang mirip kubah dan menara masjid. Kalau orang tidak tahu, pasti terkecoh dikira masjid. Atau malah sebenarnya terbalik, kubah dan menara bukanlah hasil karya arsitek muslim. Karena gereja-gereja pada masa konstantinopel sudah berbentuk kubah. Yang paling unik adalah menara yang ada disetiap masjid, ternyata berasal dari kata “naarun”, yang berarti api. Sedangkan menara adalah tempat api persembahyangan kaum Majusi.

    Apakah seseorang dilarang, jika sebelum shalat melatih diri untuk belajar berdiri dengan tenang ketika shalat ? Menenangkan pikiran agar tidak ngelantur kemana-mana. Padahal shalat sedang berhadapan dengan sang Khalik. Berarti kesadaran jiwa dan pikiran harus terfokus kepada yang disembah, yaitu Allah. Sedangkan orang Budha terfokus kepada sang Bodha Gautama, orang Kristiani terfokus kepada Yesus Kristus.

    Perhatian saya dalam pelatihan shalat khusyu, adalah bagaimana hati dan pikiran selalu berhubungan dengan Allah, bukan kepada selain Allah. Termasuk melatih agar tidak mudah melamun. Kenyataan ini telah menjadi keluhan hampir seluruh masyarakat Islam. Mengapa Abu Umamah hanya mementingkan segi fisik saja, sementara ruhiyah diabaikan. Padahal Allah hanya menerima shalat seseorang dilandasi keikhlasan ( mukhlishina lahu addien). Sebagaimana kisah orang arab Badui yang mengaku beriman, ternyata baru sampai kulit luarnya saja. Sehingga Allah menurunkan ayat berikut ini :

    QS 49: 14. Orang-orang Arab Badui itu berkata: “Kami telah beriman”. Katakanlah: “Kamu belum beriman, tapi Katakanlah ‘kami telah tunduk’, karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu; dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikitpun pahala amalanmu; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

    QS 45: 3. Sesungguhnya pada langit dan bumi benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk orang-orang yang beriman.
    4. Dan pada penciptakan kamu dan pada binatang-binatang yang melata yang bertebaran (di muka bumi) terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk kaum yang meyakini,
    5. Dan pada pergantian malam dan siang dan hujan yang diturunkan Allah dari langit lalu dihidupkan-Nya dengan air hujan itu bumi sesudah matinya; dan pada perkisaran angin terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berakal.

    Dan sebuah hadist menegaskan :

    Anta’buda ka annaka tarahu fainlam takun tarahu fa innahu yaraka

    Beribadahlah seolah engkau melihat Allah, kalau engkau tidak mampu melihatnya, sesungguhnya Dia melihat engkau ( Al hadist shahih )

    Dan Allah melarang shalat seperti shalatnya orang-orang munafik, karena dilakukan dengan perasaan malas dan pikirannya tidak terfokus kepada Allah kecuali hanya sedikit. Mereka shalat karena dilandasi ingin dilihat orang lain (riya’). Perbuatan riya’ dan munafik itu adanya dihati. Karena ternyata orang munafik juga shalat

    Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah,dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya’ (dengan shalat) dihadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut nama Allah kecuali hanya sedikit (QS. An Nisa,4:142)

    Abu Umamah hanya kurang peka terhadap tulisan-tulisan saya dalam menyampaikan hadist-hadist yang saya uraikan dalam bentuk praktek. Dikira saya mengarang shalat baru hasil kreasi saya. Terbukti jamaah saya shalat dimana-mana tidak ada yang aneh. Dan sayapun telah menjadi imam shalat dihadapan ribuan jamaah,namun mereka tidak ada yang protes.Seandainya Abu Umamah bisa menyempatkan shalat berjamaah dengan saya, pasti tidak akan terjadi perdebatan seperti ini. Tetapi tidak apa-apa, insya Allah suatu waktu akan berjumpa dalam shalat bersama.

    Kesimpulan dari persoalan pelatihan shalat khusyu’. Selama tidak ada larangan dari nabi, berarti kebolehan. Yang dilarang adalah merubah syariat shalat. Termasuk bacaan shalat dirubah menjadi bahasa Indonesia, seperti yang dilakukan oleh Yusman Roy dari Malang ( Perdebatan Via Teleconference Abu Sangkan dengan Yusman Roy, di metro TV).

    Ditegaskan disni, shalat diawali dengan niat lalu takbir sampai salam. Diluar itu bukanlah shalat. Maka kegiatan pelatihan shalat bukanlah shalat, tetapi hanya latihan….. bagaimana menurut anda, sebelum memasuki takbir…bolehkan melakukan kegiatan oleh raga,tertawa,atau baca buku ? atau setelah menyelesaikan salam, bolehkan melakukan kegiatan gerakan-gerakan bebas seperti melompat dan berlari. Selama itu tidak dilakukan didalam shalat, maka itu bebas (boleh) bukan mengada-mengada soal agama. Tetapi kalau kegiatan itu dilakukan didalam shalat, maka itu bid’ah. Semoga Abu Umamah memahami arti bid’ah dalam beribadah.

    Tuduhan bahwa Abu Sangkan Penganut Wihdatul Wujud

    Didalam buku saya “Berguru Kepada Allah”. Pada bab misteri Al hallaj. Justru saya meluruskan ajaran Al hallaj yang kurang sempurna. Karena Al Hallaj tidak mampu melepaskan kesadarannya, sehingga tidak bisa membedakan mana Allah dan mana dirinya , inilah yang dinamakan ittihad (penyatuan). Kesimpulan saya pada bab ini, adalah manusia pada awalnya tidak ada dan akan kembali tidak ada. Yang kekal hanyalah Allah semata. Kullu man ‘alaiha faan….wa yabqa dzul jalali wal ikram…(apakah ayat ini ada yang salah) siapakah sebenarnya yang kekal abadi ?.Namun kalau difhami dengan benar,saya sependapat dengan pejelasan Imam Al ghazaly, bahwa Al hallaj tidak mengaku Allah. Dia hanya membaca ayat yang berbunyi : innani Ana Allah laa ilha illa ana fa’budnii….

    Sungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang Haq) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.(QS. Thaha,20:14) Wallahu a’lam.

    Saya hanya menganggap Abu Umamah khilaf dan kurang teliti membaca bab ini. Pikirannya terlalu dipenuhi kecurigaan, dan hatinya bergejolak kurang tenang. Dan ilmu tidak akan bisa masuk kepada orang yang hatinya tidak dipenuhi cahaya ilahy.

    Pada bab-bab sebelumnya, banyak ayat-ayat mutasyabihat yang saya kutip. Dan saya tidak berani menafsirkan ayat-ayat tersebut dengan pikiran saya. Saya hanya membiarkan ayat-ayat mutasyabihat tersebut apa adanya. Seperti kalimat yadullah (kedua tangan-Ku). Melihat uraian ini, Abu Umamah tidak faham. Dikira saya membuat pernyataan “mentashbihkan” (menyerupakan) Allah dengan tangan manusia. Sama sekali tidak !! pada ayat-ayat mutasabihat hanya bisa difahami oleh hati orang yang bertakwa, alif laam mim….dzalikal kitabu laa raiba fiihi hudan lil muttaqien….tidak ada satu dalilpun yang mengatakan, bahwa para sahabat menanyakan arti ayat-ayat mutasabihat kepada Rasulullah dan beliau tidak memberikan tafsir ayat-ayat mutasabihat.

    Didalam surat Al anfal ayat 17 ,Allah berfirman :
    Bukanlah kamu yang berperang tetapi Allah yang berperang, bukanlah kamu yang melempar panah, tetapi Allah yang melempar.

    Pada ayat ini, apakah Rasulullah dianggap seperti Al Hallaj atau wihdatul wujud, jika ditanya. Wahai rasulullah, siapakah yang berperang dan melempar panah ketika engkau membidik panah ? kira-kira apa jawaban beliau….?? Kalau beliau menjawab sesuai dengan ayat diatas, pastilah beliau akan mengatakan Allahlah yang melempat panahku…..

    Masihkah anda menuduh saya wihdatul wujud,yang anda sendiri tidak paham persoalan ini.

    Tuduhan bahwa Abu Sangkan menganut sinkretisme

    Mungkin abu Umamah kurang paham arti sinkretisme, sehingga saya dianggap menganut faham ini. Tidak ada satupun ajaran tersebut dalam buku saya. Justru saya hanya prihatin melihat kemunduran ummat islam selama berabad-abad. Mengapa orang-orang Eropa mampu menemukan sains modern dan mampu menciptakan tehnologi canggih. Ternyata mereka perduli terhadap fenomena alam yang luar biasa, memberikan pelajaran bagi manusia. Padahal mereka tidak mengenal Al qur’an. Namun mereka telah memanfaatkan kemampuan berfikirnya dan akal sehatnya untuk meneliti gejala alam yang terhampar luas. Semetara ummat Islam hanya diam tidak turut terlibat mengamati sumber alam yang penuh manfaat bagi kelangsungan hidup manusia. Mulai dari energy listrik, nukilir, mineral,baham kimia, ilmu aerodinamic,biologi,psikologi, neurologi,astronomi, mesin diesel, kapal selam dll.

    Hampir semuanya dikusai oleh mereka. Tanpa disadari hasil penemuan mereka dimanfaatkan oleh ummat Islam seluruh dunia. Termasuk negara-negara Arab, meminta bantuan Amerika untuk pengeboran minyak dan mengolahnya, bahkan menjualkannya.

    Padahal Al qur’an telah memberikan wacana berfikir kepada kita, agar tidak ketinggalan dalam ilmu pengetahuan. Sebagaimana disebutkan ayat-ayat berikut ini :

    Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu terdapat pelajaran bagimu, Kami memberimu minum dari pada apa yang berada dalam perut (berupa) susu yang bersih antara tahi dan darah,yang mudah ditelan bagi orang yang hendak meminumnya (QS.An Nahl,16:66)
    Dan Kami hamparkan bumi itu dan Kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh dan Kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata. Untuk menjadi pelajaran dan peringatan bagi tiap-tiap hamba yang kembali (QS. Qaaf,50:7-8)

    Sesungguhnya pada langit dan bumi benar-benar terdapat ayat-ayat Allah bagi orang-orang yang beriman. Dari pada penciptaan Kamu dan binatang-binatang yang melata yang bersebar (dimuka bumi) terdapat ayat-ayat (tanda-tanda) kekuasaan Allah bagi kaum yang yakin. Dn pada pergantian malam dan siang serta hujan yang diturunkan Allah dari langit sebagai rezeki lalu dihidupkan-Nya bumi sesudah matinya dengan air hujan itu,dan pda perkisaran angin terdapat pula ayat-ayat (tanda-tanda) kekuasaan Allah bagi mereka yang berakal. Itulah ayat-ayat Allah, Kami memebacakannya kepadamu sebenarnya,maka dengan perkataan manakah lagi mereka akan beriman sesudah (kalam) Allah dan ayat-ayat-Nya. (QS. Al Jastsiyah,45:3-6)

    Dalam ayat-ayat diatas terdapat kandungan peringatan untuk ummat Islam, disamping mereka diharuskan membaca Al qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad, namun diperintahkan untuk memikirkan ciptaan Allah sebagai pelajaran. Namun fakta yang terjadi sangat ironis, judtru orang-orang kafirlah yang menguasai ilmu pengetahuan,seperti peternakan, geologi, geofisika vulcanologi dan lain sebagainya. Apakah saya disebut sebagai penganut sikretisme kalau saya memahami ilmu-ilmu tersebut ? bukankah saudara Umamah tidak sadar, bahwa ilmu-ilmu tersebut adalah ciptaan Allah, dan diperintahkan untuk mengambil sebagai pelajaran.

    Ulasan-ulasan yang tidak difahami oleh Abu Umamah dalam bukunya mengenal lebih dekat dengan Abu Sangkan halaman 84:

    Sangat kelihatan Abu Umamah tidak membaca dengan baik tulisan-tulisan saya;
    Padahal uruain saya adalah sebuah kesimpulan dari hadist-hadist nabi yang menyuruh kita shalat dengan serius dan thumakninah dan tidak terburu-buru. Sehingga dipraktekkan sebagaimana saya tulis dalam buku saya halaman 58-59.
    Padahal semua yang dipraktekkan adalah tuntunan nabi yang saya jadikan methodologi. Seperti berdiri thumaninah, rukuk,sujud dan tahiyyat. Semuanya dilakukan dengan tenang dan rendah hati. Pertanyaanya adalah :
    Apakah dilarang berdiri sehingga tulang-tulang dan sendi-sendi dalam tubuh kita rileks dan tidak tegang ketika shalat ? Apakah dilarang pikiran hening didalam shalat, mengapa tidak tidak menyalahkan orang yang pikirannya melamun dan ngelatur kemana-mana ketika shalat ? Bukankah itu lebih bid’ah, karena pikiran Rasulullah tidak pernah melamun dalam shalat. Apakah dilarang ketika hati kita hadir dalam shalat sementara banyak orang shalat tetapi hatinya tidak hadir ? Apakah dilarang memperbagus shalat dan wudhu’ seseorang dengan dibarengi hatinya ingat kepada Allah. Sementara banyak orang berwudhu yang tidak menghayati wudhu’nya sehingga tidak ubahnya mencuci muka biasa. Apakah salah orang shalat harus dilakukan dengan kesadaran ? sementara Abu Umamah menyalahkan persoalan ini.

    Kesimpulan dari uaraian Umamah, bisa diketahui bahwa dia shalat namun pikirannya tidak tenang, karena ia melarang orang shalat pikirannya hening. Dan shalanya tidak dilakukan dengan tenang dan tumakninah. Karena ia melarang melatih tulang-tulang kembali pada tempatnya. Justru dialah yang yang tidak menjalankan sunnah nabi, karena yang saya tulis adalah sunnah nabi dalam mengajarkan shalat kepada para sahabat. Tolong pelajari lagi hadist-hadist yang memerintahkan untuk sadar dalam shalat, membetulkan tulang-tulangnya sehingga lurus dan tenang didalam setiap gerakan rakaat maupun bacaannya. Semua hadist yang menyangkut shalat khusyu’ sudah saya himpun dan saya susun menjadi pelajaran bagi yang shalatnya terburu-buru dan pikirannya melayang-layang, dan ini perlu dilatih. Bagi yang tidak mau latihan jangan mengusik orang yang sedang belajar, apalagi melarang orang belajar shalat sama halnya orang-orang Yahudi yang menghalang-halangi shalat. Hanya saja dikemas dengan perkataan bid’ah, agar tidak terlihat menghalangi orang-orang yang sedang belajar shalat. Kalau memang Abu Umamah orang Islam yang benar, pasti dia akan mendatangi rumah saya dan berdiskusi dengan baik dan penuh akrab dan shilaturrami. Dengan diawali dengan shalat berjamaah tentunya. Inilah akhlak islam yang sebenarnya yang banyak dilakukan kaum sufi yang bersih hatinya.

    Abu Umamah mengaku Ahli Sunnah Waljamaah ?

    Saya belum percaya seratus persen kalau Abu Umamah Ahli Sunnah Wal jamaah. Mengapa demikian, karena yang saya tahu jumlah hadist Rasulullah dikeluarkan dan diriwayatkan berjumlah puluhan ribu bahkan jutaan jumlahnya. itupun masih tergantung kedudukan keshahihannya. Dan berapa jumlah hadist yang shahih, hasan,mutawatir,masyhur,muan’an,mudhayyaq, musalsal, ahad, gharib, munqati’
    Sudahkan anda mampu menjalankan seluruh sunnah Nabi ? Belum lagi jumlah ayat-ayat dalam Al qur’an, sudahkan anda mampu menjalankan semuanya. Apa hukumnya yang tidak menjalankan islam secara kaafah. Masihkan anda berani mengatakan ahli sunnah wal jamaah ? Anda tidak ada bedanya dengan saya yang hanya menjalankan sunnah nabi sebagian saja. anda masih menggunakan uang yang ada gambar orang, yang menurut hadist hukumnya haram. Sementara, anda sering melarang orang melukis makhluk hidup. Hal ini sama halnya orang-orang Saudi yang tidak konsisten, mereka menempelkan lukisan-lukisan Raja Fahd, Raja Abdullah, Raja Suud di setiap hotel di Saudi Arabiayah.

    Apa hukumnya orang yang menyesatkan orang lain, sementara saya telah bersyahadat setiap shalat, menjalankan shalat lima waktu, berzakat, berpuasa di bulan Ramadhan, menunaikan ibadah Haji ke Baitullah ?

    Saya memaafkan Abu Umamah karena dia belum kenal dengan saya, walaupun dia mengaku dalam tema bukunya “mengenal lebih dekat dengan Abu Sangkan”.
    Namun dia tidak kenal dengan saya, apalagi berdiskusi dengan baik dan terhomat.

    Saya khawatir terhadap Abu Umamah, dia tidak bisa membedakan Islam dan kultur Arab yang keras. Islam adalah akhlak dan lemah lembut, apalagi dalam berdakwah. Al qur’an menyuruh berdakwah dengan cara yang sangat lembut dan mauidhatil hasanah ….cara ini dilakukan oleh ulama’ Jawa (wali songo) sehingga ummat Hindu tertarik mempelajari Islam, walaupun masih belum sempurna. Mungkin kalau anda ingin merasakan bagaimana sulitnya berdakwah di wilayah Hindu di Bali. Kalau anda jujur pasti anda akan mengatakan wali songo itu hebat dan cerdas.

    Ulama jawa, ketika melihat ummat Hindu menjalankan ritual kematian mengadakan upacara selama tujuh hari. Mereka tidak langsung merubah kultur dan kebiasaan agama sebelumnya. Apalagi langsung menhardik dengan kata-kata kafir sesat dan bid’ah. Mereka mengisi hari-hari tersebut dengan bertahlil dan bertahmid. Maksudnya mentauidkan agak tidak menyekutukan Tuhan. Lihatlah situs-situs masjid Menara Kudus berbentuk seperti Candi, pintu gerbang masjid, seperti Pura Hindu, atap mesjid dibuat seperti pagoda. Mereka tidak merubah pakaian menjadi pakaian saudi Arabiayah atau pakistan, india, tetapi tetap menggunakan sarung seperti yang dipakai orang Hindu pergi sembahyang ke Pura.

    Hal ini terjadi terhadap fiqhuddakwah Partai Keadilan Sejahtera. Mereka melakukan dakwah melalui dan mengisi peluang dunia poltik sebagai kendaraan dakwah mereka di DPR. Padahal mereka bertujuan menegakkan syariah, namun melalui cara sekuler, yaitu Trias Polica.

    Kesimpulan dari penjelasa saya diatas, bukanlah akhir jawaban saya. Karena masih banyak lagi yang bisa saya samapikan jika diperlukan. Dan saya sangat senang jika bisa berjumpa langsung dengan Abu Umamah demi keadilan dan menjalankan sunnah Al qur’an, yaitu bermusyawarah dengan baik. Dan sekali lagi Abu Umamah bukanlah Ahli Sunnah Waljamaah yang murni, tapi hanya sekedarnya saja. kalau berjumpa dia saya bisa tunjukkan hadist mana yang tidak dijalankan oleh dia, dan hadist mana yang telah dilanggar oleh dia.

    Hayya ‘alash shalah hayya ‘alal falah ……..

    Wassalam

    ABU SANGKAN

  8. Iya saya sependapat dengan saudara Achmad, sebaiknya anda konfirmasi dulu kepada Abu Sangkan karena tulisan seperti ini bisa menimbulkan fitnah.

  9. satu kalimat saja bisa cukup menjelaskan tentang seseorang. apalagi melalui buku.

  10. Asslamu’alaikum Wr.Wb.
    Ihwan yang terhormat, setelah saya membaca tulisan anda tentang Abu Sangkan terutama para ulama’-ulama’ sufi, saya merasa sangat prihatin dengan kecaman-kecaman terhadap mereka. sebaiknya anda merumuskan bagaimana ibadah kepada Alloh yang benar, menurut persepsi anda terhadap al-Qur’an dan al-Hadits, toh anda merasa benar juga tidak pernah berjumpa sendiri dengan Rasulullah, sehingga benar adalah menurut persepsi kelompok anda sendiri, ingat …!, umat Islam sudah menunggu, dan merindukan ibadah kepada Alloh yang benar, buat dong doktrin atau semacamnya, sehingga karya-karya anda dapat kami nikmati bersama. jangan haya pandai menggugat saja. katanya kita tidak boleh saling hasud, dengki dan iri hati. saya hanya khawatir kecaman -kecaman anda hanya ingin memperbesar kelompok sendiri. trim.
    Wassalamu’alaiku Wr.Wb.

  11. Assalamu’alaykum warahmatullahi wabarakatuh

    artikel yang dibuat disini adalah sebagai bantahan dan peringatan sahaja, supaya masyarakat tidak terjerumus kepada jurang kesalahan tersebut..
    memberikan pencerahan agar hati2 dalam menuntut ilmu dan memahami suatu perkara..

    “Maka hendaklah berhati-hati orang-orang yang menyelisihi perintah Rosululloh akan ditimpakan kepada mereka fitnah atau ditimpakan pada mereka azab yang pedih.” (QS.An-Nur: 63)

    mengenai doktrin/karya2 ilmiyah terntang ibadah yang sesuai dengan sunnah?sudah banyak sekali di cetak dan diterbitkan ko..
    berusahalah kita mencari ilmu, janagn hanya sebatas melihat yang seperti ini kemudian kita katakan bahwa ini merupakan keegoisan suatu golongan..

    pelajarilah sejarah2 imam2 besar islam ketika mereka membantah para ahlul bid’ah seperti perjuangan imam ahmad yang dicambuk karena tetap menegakkanpendiriannya bahwa “Alqur’an itu kalam Allah bukan makhluk”

  12. 1. Barangsiapa menimbulkan sesuatu yang baru dalam urusan (agama) kita yang bukan dari ajarannya maka tertolak. (HR. Bukhari)

  13. 1. Barangsiapa menimbulkan sesuatu yang baru dalam urusan (agama) kita yang bukan dari ajarannya maka tertolak. (HR. Bukhari)
    2. Sesungguhnya ucapan yang paling benar adalah Kitabullah, dan sebaik-baik jalan hidup ialah jalan hidup Muhammad, sedangkan seburuk-buruk urusan agama ialah yang diada-adakan. Tiap-tiap yang diada-adakan adalah bid’ah, dan tiap bid’ah adalah sesat, dan tiap kesesatan (menjurus) ke neraka. (HR. Muslim)

    Mari merujuk pada kitabullah dan sunnah rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam,dahulukan wahyu al-kitab dan as-sunnah dari pada akal…
    Siapa suri tauladan kita,orang per-orang atau rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam.
    Aku berwasiat kepadamu agar bertakwa kepada Allah ‘Azza wajalla, agar mendengar, taat dan patuh meskipun pemimpinmu seorang budak. Barangsiapa hidup panjang umur dari kamu maka dia akan melihat banyak silang-sengketa. Berpeganglah kepada sunnahku dan sunnah-sunnah khulafaur rasyidin yang mendapat petunjuk dan hidayah (sesudahku). Gigitlah kuat-kuat dengan gigi gerahammu. Waspadalah terhadap ciptaan persoalan-persoalan baru. Sesungguhnya tiap bid’ah mengandung kesesatan. (HR. Tirmidzi)
    1. Sesungguhnya agama ini mudah dan tiada seorang yang mempersulit agama, kecuali pasti dikalahkannya. Bertindaklah tepat, lakukan pendekatan, sebarkan berita gembira, permudahlah dan gunakan siang dan malam hari serta sedikit waktu fajar sebagai penolongmu. (HR. Bukhari)
    Marilah wahai saudaraku sekalian pelajarilah al-qur’an dan hadist2 yg shoheh dari rasulullah shallallahu alaihi wa sallam,karena amal ibadah itu harus dengan ilmu,dan ilmu itu Al-qur’an ,Hadist,Ijma shahabat,qiyas…selain itu tolak….

  14. 1. Barangsiapa menimbulkan sesuatu yang baru dalam urusan (agama) kita yang bukan dari ajarannya maka tertolak. (HR. Bukhari)
    Allah Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hambaNya hanyalah ulama.” (Faathir: 28); “Tiada yang memahaminya kecuali bagi orang-orang yang berilmu” (al-Ankabuut: 43); “Dan mereka berkata, ‘Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan) itu, niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala” (al-Mulk: 10); dan “Adakah sama orang-orang yang tahu dengan orang-orang yang tidak mengetahui.” (az-Zumar: 9)

    Nabi saw. bersabda, “Barangsiapa dikehendaki baik oleh Allah, maka ia dikaruniai kepahaman agama.”[16]
    Dan beliau saw. bersabda, “Sesungguhnya ilmu itu hanya diperoleh dengan belajar.”[17]
    Abu Dzar berkata, “Andaikan kamu semua meletakkan sebilah pedang di atas ini (sambil menunjuk ke arah lehernya). Kemudian aku memperkirakan masih ada waktu untuk melangsungkan atau menyampaikan sepatah kata saja yang kudengar dari Nabi saw. sebelum kamu semua melaksanakannya, yakni memotong leherku, niscaya kusampaikan sepatah kata dari Nabi saw. itu.”[

  15. saya setuju ma zulkifli,

    abu dzar itu seorang sufi lo!

  16. Hamba allah berkata : Jangan mengkafirkan orang lain.. Mgkn saja anda salah atau malah sebaliknya anda sendiri yg kafir..

  17. apa apa pun ilmu Allah itu tersangat lah luas sehingga habis air lautan di dunia ini di jadikan tinta pasti tak kan cukup untuk menghuraikan nya semua ilmu Nya….maka renongkan lah….apa yang cuba di kongsikan oleh pa ustaz itu bukan nya nya ajaran baru sebagai yang di dakwa oleh sesetengah pihak malah lebih menjurus kepada panduan untuk kita mendekat kan diri kpd sang pencipta…..kita jangan lupa, Allah tidak pernah befirman yang pintu kewalian telah tertutup…..

  18. Assalamu’alaikum,
    Yth Bapak Ustad Abu Umamah, Saya awam tentang agama islam ,tetapi sekiranya ada seorang Ustad yang mengkafirkan seorang muslim yang telah menjalankan rukun islam yaitu bersahadat, sholat lima waktu, puasa di bulan romadhon, membayar zakat dan mengerjakan haji di baitullah rasanya terlalu dikuasai nafsu , maka biarlah Allah SWT sendirilah menghakiminya karrena semuanya pakai pedoman Al-Qur’an dan Al Hadist

    Wassalam.

  19. Assalamu’alaikum,

    Sesungguh nya ini “RAHASIA”

  20. Assalamu alikum,
    Untuk ABU UMAMAH, janganlah semudah itu anda mengkafirkan orang sebelum pahami betul apa yg orang katakan karna bila seseorang menganggap orang lain kafir lantas orang itu tdk kafir maka orang yg menuduh itulah yg kafir,sebaiknya mari koreksi diri kitasendiri apakah kita sudah bersi dari dosa jangan sampai kita sibuk mengkafirkan orang sementara kita tdk sadar dgn dosa kita yg makin banyuak yg membawa kita semakin dekat dgn kekafiran dan apakah perkataan dengan perbuatan kita sudah seiring? jadi hati hati bung untuk memberi orang lain titel kafir…..!!!!!

Tinggalkan Balasan ke hamba allah Batalkan balasan